Jumat, 08 September 2017
Kebohongan Seorang Ayah ( Jutaan Orang Menangis Karena Video Ini )
Ayahku adalah ayah yang termanis di dunia Yang paling tampan Yang terpintar Yang paling cerdas Yang paling baik hati Ayah ingin aku baik baik.di sekolah Dia adalah Supermanku Ayah adalah yg terbaik ! Tapi... Dia berbohong Dia bohong....tentang dia punya pekerjaan Dia.bohong bahwa dia punya uang Dia bohong bahwa dia tidak dipecat Dia bohong bahwa dia tidak lapar Dia bohong bahwa kami punya segalanya Dia bohong tentang kebahagiaannya Dia berbohong.... Karena (demi) aku... (Tulisan di kertas : untuk hidup yg lebih baik Aku sayang ayah) Maaf kalau ada yg terlewat...translate kilat untuk yg belum mengerti artinya... Maaf jika.ada kesalahan.. Si ayah disini berusaha menyembunyikan kemiskinan mereka, menyembunyikan bahwa dia tidak punya uang untuk membelikan es krim...untuk menyekolahkan anaknya. Dia ingin menunjukkan bahwa semuanya baik2 saja. Bahwa si anak tidak.perlu khawatir apapun. Di balik senyumnya, si ayah bekerja sangat keras, memohon2 pekerjaan demi si anak. Demi masa depan putrinya. Ini iklan yg sangat berharga buatku. Thanks for posted it
Kamis, 07 September 2017
Bahaya kerja di lingkungan fisik, kimia, biologi, psikologi
LINGKUNGAN FISIK
Yaitu
potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap
tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi,
suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai,
getaran, radiasi.
a) Radiasi
Radiasi
adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada
beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya
adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven),
komputer, dan lain-lain.
Sel
dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic.
Bila sel
yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru
tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau
pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam
jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang
bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau
kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek
pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun
tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.
1.
Radiasi
infra merah dapat menyebabkan katarak.
2.
Laser
berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
3.
Medan
elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
Contoh
: Radiasi ultraviolet : pengelasan, Radiasi Inframerah : furnacesn/
tungku pembakaran, Laser : komunikasi, pembedahan .
b) Kebisingan
dapat
diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi
pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu
populasi.
Aspek
yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi
frekuensi, dan lama pajanan.
1.
Kebisingan
dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi,
yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.
2.
Pajanan
kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.
3.
Tuli
permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim .
Contoh :
Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
Berdasarkan
frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising
dibagi dalam 3 kategori:
1) Occupational
noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yang
disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik.
2) Audible
noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi
antara 31,5 . 8.000 Hz.
3) Impuls
noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat adanya
bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan bedil.
Selanjutnya
dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi
itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa
jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak
dikehendaki / bising.
Jenis
Bunyi
|
Skala
Intensitas Desibel Batas Dengar Tertinggi
|
Halilintar
Meriam
Mesin
uap
Jalan
yang ramai
Pluit
Kantor gaduh Radio Rumah gaduh Kantor pada umumnya Rumah tenang Kantor perorangan Sangat tenang , Suara daun jatuh, Tetesan air |
120 DB
110
DB
100 DB
90 DB
80 DB
70 DB
60 Db
50 DB
40 DB
30 DB
20 DB
10 DB
|
Tabel
Skala Intensitas Kebisingan
Menurut
SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor
70-1/PD.03.04.Lp, (Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang Berhubungan
dengan Kesehatan Tahun 1992), tingkat kebisingan diuraikan sebagai berikut:
1) Tingkat
kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise Level =Leq) adalah
tingkat kebisingan terus menerus (=steady noise) dalam ukuran dBA, berisi
energi yang sama dengan energi kebisingan terputus-putus dalam satu periode
atau interval waktu pengukuran.
2) Tingkat
kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan adalah rata-rata
nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari.
3) Tingkat
ambien kebisingan (=Background noise level) atau tingkat latar belakang kebisingan
adalah rata-rata tingkat suara minimum dalam keadaan tanpa gangguan
kebisingan pada tempat dan saat pengukuran dilakukan, jika diambil nilainya
dari distribusi statistik adalah 95% atau L-95.
Kebisingan
mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera
pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa
intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan
(pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di
pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan
alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang
bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain.
Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah
komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain.
Oleh
karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat
lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga
juga terbiasa berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan
keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang
terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya
pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas
kerja.
Kebisingan
terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan
antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau memodifikasi
mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga
dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.
Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau memakainya.
Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau memakainya.
c) Penerangan
/ Pencahayaan ( Illuminasi )
Berkaitan
dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu
lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga
mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan
sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan
dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana
makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang
sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang
lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.
Akibat
dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik
dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan
mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan
intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu
kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna
mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan
terjadi penglihatan rangkap atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1.
Perbaikan
kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
2.
Meningkatkan
penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.Disamping itu
di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu
tersendiri.
3.
Pengaturan
tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja.
Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas
di malam hari.
4.
Disamping
akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas, penerangan /
pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah
apabila pengaturannya kurang baik yakni silau.
Silau
juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau
dicegah.Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
a.
Pemilihan
jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
b.
Menempatkan
sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga
tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c.
Tidak
menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang langsung
memasukkan sinar matahari.
d.
Penggunaan
alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e.
Mengusahakan
agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam
ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.
Penerangan
yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan
hal-hal sebagai berikut :
a)
Kelelahan
mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
b)
Kelemahan
mental
c)
Kerusakan
alat penglihatan (mata).
d)
Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala
di sekitar mata.
e)
Sehubungan
dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja
(pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan
ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :
Jarak
antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya cahaya
matahari ke tempat kerja, Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya
cahaya matahari harus cukup,
seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan, Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti
dengan penerangan lampu yang cukup, Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat celsius), Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja, Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip .Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.
seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan, Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti
dengan penerangan lampu yang cukup, Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat celsius), Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja, Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip .Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.
d) Getaran
1.
Getaran
mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten.
2.
Metode
kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang
berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan
gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ”
atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).
3.
Peralatan
yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan
sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang
belakang.
Contoh :
Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
Efek
getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh:
a.
3
. 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.
b.
6
. 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung,
pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah.
Pada
intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.
a.
10
Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan
beresonansi.
b.
13
. 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
c.
<
20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot
menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
LINGKUNGAN KIMIA
yaitu
potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses
produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja
melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui
mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung
dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap.
asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam TUBUH.
Adapun
potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah
a)
Korosi
Bahan
kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana
terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang
paling umum terkena.
Contoh :
konsentrat asam dan basa , fosfor.
b) Iritasi
Iritasi
menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa
menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat
pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (
bengkak )
Contoh :
a.
Kulit
: asam, basa,pelarut, minyak .
b.
Pernapasan
: aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine,
ozone.
c) Reaksi
Alergi
Bahan
kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau
organ pernapasan
Contoh :
a.
Kulit
: colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, epoxy
hardeners, turpentine.
b.
Pernapasan
: isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
d) Asfiksiasi
Asfiksian
yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya
pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara
normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.
Asfiksian
kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah
oksigenasi normal pada kulit.
Contoh :
a.
Asfiksian
sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium
b.
Asfiksian
kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen sulphide
e) Kanker
Karsinogen
pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia. Kemungkinan
karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti
menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh :
a.
Terbukti
karsinogen pada manusia : benzene (
leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma) ;
2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru
, mesothelioma);
b.
Kemungkinan
karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates,
beryllium
f) Efek
Reproduksi
Bahan-bahan
beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang manusia. Perkembangan
bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif pada
keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan.
Contoh :
Manganese,
carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury.
Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.
g) Racun
Sistemik
Racun
sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh.
Contoh :
a.
Otak
: pelarut, lead, mercury, manganese
b.
Sistem
syaraf peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon disulphide
c.
Sistem
pembentukan darah : benzene, ethylene glycol ethers
d.
Ginjal
: cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbons
e.
Paru-paru
: silica, asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
4 Pencegahan
Faktor Lingkungan Kerja Kimia :
Ada beberapa
cara pencegahan factor kimia lingkungan kerja antara lain:
1. Subtitusi
Yang
dimaksud subtitusi adalah penggantian bahan-bahan berbahaya/beracun dengan
bahan yang tidak beracun, hal ini agak sukar dilaksanakan mengingat banyak dari
bahan kimia yang dipakai dalam proses produksi yang apabila diganti dengan
bahan lain dapat mempengaruhi dari hasil produksi dengan kata lain
produksi mungkin akan tidak sama bila memakai bahan aslinya dan untuk
mendapatkan hasil yang sama diperlukan penelitian-penelitian yang saksama dan
membutuhkan biaya tinggi.
2. Isolasi
Isolasi
yang dimaksud disini adalah mengisolir tempat atau ruangan-ruangan yang
mengandung aspek bahan kimia yang berbahaya dari para pekerja atau tidak kontak
langsung bahan-bahan berbahaya tersebut, cukup dilakukan dengan mengontrol dari
luar atau tempat lain.
3. Ventilasi
Ventilasi
yang dimaksudkan disini adalah mengatur sirkulasi udara yang baik masuk kedalam
ruang kerja. Ada berapa macam ventilasi, tetapi disini yang dibicarakan adalah
ventilasi ekshauster. Ada dua macam ekshauster sebagai berikut:
a. Lokal
Ekshauster
Yaitu
ekshauster yang dipakai hanya pada tempat dimana orang bekerja.
b. General
ekshauster.
Yaitu
ventilasi untuk seluruh ruangan
4. Pemakaian
Alat Pelindung Diri (APD)
Pemakaian
alat pelindung diri hanya dilakukan apabila ketiga sistem tersebut diatas tidak
dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya bahan kimia yang ada pada suatu
lingkungan kerja ataupun kurang efisien penggunaannya.
Ada
berapa macam alat pelindung diri antara lain:
a. Masker
Alat ini
dipakai untuk melidungi tenaga kerja dari debu ataupun uap, gas yang dapat
masuk kedalam tubuh melalui pernapasan.
b. Sarung
tangan
Alat ini
dipakai melindungi tenaga kerja dari kontak dengan bahan kimia berbahaya
c. Pakaian
kerja
Alat ini
dipakai untuk melindungi tenaga kerja dari kontak bahan kimia yang berbahaya.
d. Respirator
Alat ini
dipakai untuk melindungi pernapasan tenaga kerja dimana konsentrasi bahan kimia
dalam ruangan kerja dimungkinkan dengan hanya mermakai masker.
LINGKUNGAN BIOLOGI
yaitu
potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang
terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang
menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll
Faktor biologi ditempat kerja umumnya dalam bentuk mikro organisma sebagai
berikut :
a) Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
b) Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
c) Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
d) Mikroorganisme
penyebab penyakit di tempat kerja
Beberapa
literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin ditemukan di
tempat kerja, diantaranya :
Daerah
pertanian
Llingkungan
pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat terinfeksi oleh
mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale atau
keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
Di
lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik)
Di
tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri
penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi saluran
pernapasan lainnya seperti Pneumonia.
Di
Laboratorium
Para
pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama untuk
laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang megandung organisme
pathogen
Di
Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti : Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme yang hidup pada air yang terdapat pada system pendingin, Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.
Cara penularan kedalam tubuh manusia
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti : Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme yang hidup pada air yang terdapat pada system pendingin, Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.
Cara penularan kedalam tubuh manusia
Banyak
dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah masuk kedalam
tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu :
1. Melalui
saluran pernapasan
2. Melalui
mulut (makanan dan minuman)
3. Melalui
kulit apabila terluka
Mengontrol
bahaya dari faktor biologi
Faktor
biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari dengan
pencegahan antara lain dengan :
1. Penggunaan
masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu yang mengandung
organism patogen
2. Mengkarantina
hewan yang terinfeksi dan vaksinasi
3. Imunisasi
bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja
4. Membersihkan
semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak datu kali setiap bulan
5. Membuat
sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya mikroorganisme yang patogen
pada system pendingin.
Dengan
mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah
penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari
LINGKUNGAN FISIOLOGI
yaitu
potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang
tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam
melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang
tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai
dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Fisiologi
kerja merupakan suatu studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan
kelelahan selama otot bekerja. Relevansinya dengan Ergonomi antara
lain :
1.
Lokasi
kelelahan otot dan gangguan trauma kumulatif
2.
Saat
seluruh tubuh kelelahan, mengurangi pekerjaan dan penjadwalan istirahat
3.
Stress
panas, dengan kata lain beban panas metabolik
LINGKUNGAN PSIKOLOGI
yaitu
potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek
psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian
seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan
klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress
akibat kerja.
Stress
Stress
adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap
tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini
dinamakan stress.
Gangguan
emosional yang di timbulkan
: cemas, gelisah, gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol
dan psikotropika.
Penyakit-penyakit
psikosomatis antara lain
: jantung koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar,
gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.
Mengingat
faktor psikologis (stress) kerja dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan
bahkan kecelakaan kerja, perlu adanya solusi untuk menanggulangi permasalahan
tersebut, diantaranya adalah dengan pemberian motivasi untuk para pekerja,
menempatkan pekerja pada bagian-bagian yang sesuai dengan kemampuan, dan
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
Senin, 04 September 2017
Tingkat Perkembangan Individu ada 3,yaitu ;
1. PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT J. PIAGET
Jean Piaget (1896-1980) adalah seorang
filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan asal Swiss. Hasil penelitiannya yang
sangat terkenal adalah tentang perkembangan kognitif anak.
Piaget menyusun teori perkembangan kognitif
ke dalam serangkaian tahapan. 1) Masa Infancy; 2) Pra Sekolah; 3) Anak-anak; 4)
Remaja. Setiap tahapan ini mempunyai ciri dari struktur kognitif umum yang
mempengaruhi semua pemikiran anak.
Tahap
Sensorimotor (0 - 2 tahun)
Tahap ini bayi mengalami dunianya melalui
gerak inderanya dan gerakan tubuh mereka. Satu tanda dari perkembangan ini
adalah memahami objek tetap / permanen. Bayi berkembang dengan cara merespon
kejadian dengan gerak refleks atau pola kesiapan. Mereka belajar melihat diri
mereka sebagai bagian dari objek yang ada di lingkungan. Tahap sensorimotor
adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
·
Skema refleks, muncul saat lahir sampai usia
enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
·
Fase reaksi sirkular primer, dari usia enam
minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya
kebiasaan-kebiasaan.
·
Fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara
usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi
antara penglihatan dan pemaknaan.
·
Koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul
dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk
melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau
dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
·
Fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam
usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan
penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
·
Awal representasi simbolik, berhubungan
terutama dengan tahapan awal kreativitas
Tahapan
Pra Operasional. (2 - 7 tahun)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari
empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa
setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi
psikologis muncul. Pada tahap ini, penambahan dan pengurangan dalam
hitung-hitungan bukan merupakan aktivitas yang mudah. Konkrit operasional anak
mengenal bahwa ada hubungan antara angka-angka dan bahwa operasi dapat dilaksanakan
menurut aturan tertentu. Pada tahap ini anak menunjukkan permulaan dari
kapasitas logika orang-orang dewasa. Mereka mengerti aturan dasar dari logika.
Bagaimanapun juga, proses berfikir, atau operasi, pada umumnya melibatkan objek
yang kelihatan (konkrit) daripada ide yang abstrak. Egosentrisme pada tahap ini
sudah mulai berkurang. Kemampuan mereka untuk menggunakan peran dari orang lain
dan melihat dunia, dan mereka sendiri, dari perspektif orang-orang lain sudah
berkembang dengan pesat. Mereka mengenal bahwa orang melihat sesuatu dengan
cara yang berbeda, karena perbedaan situasi dan perbedaan nilai. Mereka dapat
fokus pada lebih dari satu dimensi pada beberapa waktu. Pada tahap ini juga
sudah menunjukkan pemahaman akan hukum kekekalan (konservasi)
Tahapan
Operasional Konkret. (7-12 tahun)
Tingkat operasi formal merupakan tahapan
terakhir dari skema Piaget, yang merupakan tingkatan dari kedewasaan kognitif.
Formal operational biasanya dimulai pada masa pubertas, sekitar umur 11 atau 12
tahun. Akan tetapi tidak semua anak memasuki tingkatan ini pada saat pubertas,
dan beberapa orang tidak pernah mencapainya. Tugas utama pada tahap ini
meliputi kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan hipotetis. Ada
beberapa feature yang memberi remaja kapasitas lebih besar untuk memanipulasi
dan menghargai lingkungan luar dan dunia imajinasi yang mencakup pemikiran
hipotetis, penyelesaian masalah yang sistematis, kemampuan untuk menggunakan
simbol dan pemikiran deduksi. Remaja dapat memproyeksikan dirinya pada situasi
yang melebihi pengalaman mereka saat itu, dan untuk alasan itu, mereka
terbungkus dalam fantasi yang panjang.
Tahapan
Operasional Formal. (12 tahun ke atas)
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia
sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik
tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam
tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan
nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih,
namun ada gradasi abu-abu di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan
ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya),
menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
2.
PERKEMBANGAN MOTORIK MENURUT ERIK
ERIKSON (1902-1994)
Erikson
mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori psikoanalisis dari
Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu
selama siklus hidupnya, di¬bentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan
individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Inti teori Erik Erikson, yaitu:
·
Perkembangan
emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
·
Adanya
interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
·
Adanya
keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
·
Dalam
menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan menyatu.
·
Pada
setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
·
Perkembangan
manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase, dengan
tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
Prinsip – prinsip pertumbuhan dan
perkembangan :
1.
Tumbang manusia akna berjalan sesuai dengan yang diprediksikan, berkelanjutan
dan berurutan.
2. Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau proximodistal
3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian baru.
4. Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis
5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang mempengaruhi selama masa kritis
2. Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau proximodistal
3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian baru.
4. Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis
5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang mempengaruhi selama masa kritis
Perkembangan Psikososial ( Erik
Erikson )
Erik
Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan
terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri
dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu
krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana,
tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi. Semakin
berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka.
Berikut adalah beberapa tahap krisis perkembangan menurut Erik Erikson:
Percaya vs tidak percaya (0-1
tahun)
·
Pada
tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orangtua
maupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
·
Apabila
hubungan ibu dan anak tidak berkualitas akan timbul rasa tidak aman dan
selanjutnya tidak percaya terhadap dunia luar ataupun sesama manusia sehingga
timbul kecurigaan dasar.
·
Apabila
tidak memperoleh kepercayaan dasar akan timbul gangguan
kepribadian/skizofrenia.
·
Apabila
tidak memperoleh kepercayaan terhadap dunia luar akan mengalami kepribadian
skizoid, yaitu hanya melihat dirinya sendiri (introvert) dan akan terjadi
depresi apabila stres.
Tahap Kemandirian (Otonomi) vs
Perasaan Malu dan Keragu-raguan ( 2 – 3 tahun)
Anak
sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam
motorik kasar,halus : berjinjit , memanjat, berbicara dll.
Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak diberikan kemamdirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak diberikan kemamdirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
Tahap inisiatif vs rasa bersalah
(3 – 6 tahun )
·
Anak
akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam
melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya. Hasil akhir yang diperoleh
adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
·
Apabila
dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada
diri anak.
Berkarya vs Rasa Rendah Diri (6 –
11 tahun)
Fase ini
kurang lebih sejajar dengan fase laten menurut Freud. Anak mulai memasuki
pendidikan formal. Anak berusaha merebut per¬hatian dan penghargaan atas
karyanya.
Hal-hal
penting yang perlu diketahui pada fase ini bahwa pada diri anak akan dijumpai:
—> Belajar menyelesaikan tugas yang diberikan guru atau orang lain.
—> Mulai timbul rasa tanggung jawab.
—> Mulai senang belajar bersama.
—> Timbul perasaan rendah diri apabila dirinya kurang mampu dibanding temannya.
—> Belajar menyelesaikan tugas yang diberikan guru atau orang lain.
—> Mulai timbul rasa tanggung jawab.
—> Mulai senang belajar bersama.
—> Timbul perasaan rendah diri apabila dirinya kurang mampu dibanding temannya.
Identitas vs Kekacauan Identitas
( mulai 12 tahun)
Fase ini
sejajar dengan fase remaja menurut Freud. Pada fase ini dijumpai hal-hal
sebagai berikut.
—> Berakhirnya fase kanak-kanak dan memasuki fase remaja.
—> Pertumbuhan fisik yang pesat dan mencapai taraf dewasa.
—> Orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur dan mencari figur identifikasi lain.
—> Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakini dan dianutnya.
—> Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang dialami pada fase anak muncul kembali.
—> Dalam mencari identitas diri, anak sering mencoba berbagai ma¬cam peran untuk mencari peran yang cocok dengan dirinya.
—> Sikap coba-coba ini tidak jarang menjerumuskan remaja ke hal-hal negatif.
—> Kebingungan peran diri dapat menimbulkan kelainan peri¬laku, yaitu kenakalan remaja dan mungkin juga psikotik.
—> Berakhirnya fase kanak-kanak dan memasuki fase remaja.
—> Pertumbuhan fisik yang pesat dan mencapai taraf dewasa.
—> Orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur dan mencari figur identifikasi lain.
—> Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakini dan dianutnya.
—> Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang dialami pada fase anak muncul kembali.
—> Dalam mencari identitas diri, anak sering mencoba berbagai ma¬cam peran untuk mencari peran yang cocok dengan dirinya.
—> Sikap coba-coba ini tidak jarang menjerumuskan remaja ke hal-hal negatif.
—> Kebingungan peran diri dapat menimbulkan kelainan peri¬laku, yaitu kenakalan remaja dan mungkin juga psikotik.
Keintiman vs Isolasi ( dewasa
awal )
Dapat
disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja. Hal-hal
penting pada fase ini, yaitu:
a. Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya.
b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
a. Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya.
b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
Perhatian terhadap Apa yang
Diturunkan vs Kemandekan (dewasa tengah)
Hal-hal
yang penting pada fase ini, yaitu:
—> Adanya perhatian terhadap keturunan.
—> Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan (produk-¬produk).
—> Adanya perhatian terhadap ide-ide.
—> Pembentukan garis pedoman untuk generasi mendatang.
—> Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian, keinginan memberi perhatian, berbagi dan mem¬bagi pengetahuan, serta pengalaman kepada orang lain.
—> Apabila pada fase ini pembentukan garis pedoman untuk generasi yang akan datang lemah, individu akan mengalami kemiskinan, kemunduran bahkan mungkin mengalami ke¬mandekan kepribadian.
—> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah kreati¬vitas berperan sebagai orang tua.
—> Adanya perhatian terhadap keturunan.
—> Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan (produk-¬produk).
—> Adanya perhatian terhadap ide-ide.
—> Pembentukan garis pedoman untuk generasi mendatang.
—> Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian, keinginan memberi perhatian, berbagi dan mem¬bagi pengetahuan, serta pengalaman kepada orang lain.
—> Apabila pada fase ini pembentukan garis pedoman untuk generasi yang akan datang lemah, individu akan mengalami kemiskinan, kemunduran bahkan mungkin mengalami ke¬mandekan kepribadian.
—> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah kreati¬vitas berperan sebagai orang tua.
Integritas vs Keputusasaan
(dewasa lanjut)
Integritas
adalah keberhasilan dalam menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan kegagalan
dalam hidup. Hal-hal yang perlu dimengerti pada fase ini, yaitu:
—> Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati ke¬untungan dari ketujuh tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
—> Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan mempertahankan gaya hidupnya sendiri.
—> Gaya hidup dan integritas kebudayaan merupakan warisan jiwa.
—> Dapat timbul juga keputusasaan dalam menghadapi perubah¬an siklus kehidupan, kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan kekekalan hidup (kematian) sehingga ka¬dang-kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bah¬wa ajal sudah dekat, ketakutan atau bahkan keinginan untuk mati.
—> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penye¬suaian terhadap perubahan-perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk menuju alam baka (kematian).
—> Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati ke¬untungan dari ketujuh tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
—> Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan mempertahankan gaya hidupnya sendiri.
—> Gaya hidup dan integritas kebudayaan merupakan warisan jiwa.
—> Dapat timbul juga keputusasaan dalam menghadapi perubah¬an siklus kehidupan, kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan kekekalan hidup (kematian) sehingga ka¬dang-kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bah¬wa ajal sudah dekat, ketakutan atau bahkan keinginan untuk mati.
—> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penye¬suaian terhadap perubahan-perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk menuju alam baka (kematian).
TUGAS
PERKEMBANGAN ANAK
Perkembangan
fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir
antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan halus.
Motorik
kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan
sebagainya.
Motorik
halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota
tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun
balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat
penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Teori
tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu,
mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut
merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan
fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya
untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik.
Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi
kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk
mengambil mainannya.
Perkembangan
Motorik Kasar dan Motorik Halus :
1.Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
2. Perkembangan Gerakan Motorik
Halus
Perkembangan
motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik
halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu
objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan
motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian
anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi
suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok
secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada
usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada
masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara
bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
3. PERKEMBANGAN MORAL MENURUT KOHLBERG
(1927-1983)
A. Makna
Perkembangan Moral
Perkembangan
sosial merupakan proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota
masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung
sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan merupakan suatu proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pembentukan pribadi
dalam keluarga, bangsa dan budaya. Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan
merupakan perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur
fundamental dalam bertingkah laku sosial. Seorang siswa hanya akan berperilaku
sosial tertentu secara memadahi apabila menguasai pemikiran norma perilaku
moral yang diperlukan untuk menguasai pemikiran norma perilaku moral yang
diperlukan.
Seperti
dalam proses perkembangan yang lannya, proses perkembangan sosial dan moral
selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil
perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya
belajar sosial), baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan
masyarakat. Hal ini bermakna bahwa proses belajar sangat menentukan kemampuan
siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral,
agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral yang berlaku dalam
masyarakat.
Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang berhubungan dengan perkembangan moral. Diantara ragam mazhab perkembangan sosial ini paling menonjol dan layak dijadikan rujukan adalah :
Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang berhubungan dengan perkembangan moral. Diantara ragam mazhab perkembangan sosial ini paling menonjol dan layak dijadikan rujukan adalah :
1.
Aliran teori cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence
Kohlberg.
2. Aliran
teori Social Learning dengan tokoh utama Albert. Bandura dan R.H Walters.
Pada tokoh-tokoh psikologi tersebut telah banyak melakukan penelitia yang mana pada penelitiannya setiap tahapan perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan perkembangan perilaku moral yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu teori perkembangan moral adalah teori menurut Kohlberg.
Pada tokoh-tokoh psikologi tersebut telah banyak melakukan penelitia yang mana pada penelitiannya setiap tahapan perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan perkembangan perilaku moral yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu teori perkembangan moral adalah teori menurut Kohlberg.
B.
Teori Perkembangan Moral Menurut
Kohlberg.
Menurut
teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama
pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Dalam Teori Kohlberg
mendasarkan teori perkembangan moral pada prinsip-prinsip dasar hasil temuan
Piaget. Menurut Kohlberg sampai pada pandangannya setelah 20 tahun melakukan
wawancara yang unik dengan anak-anak. Dalam wawancara , anak-anak diberi
serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema-dilema moral.
Berikut ini ialah dilema Kohlberg yang paling populer:
” Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada satu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker menetapkan harganya 10X lebih mahal dari biaya pembuatan obat tersebut. Untuk pembuatan 1 dosis obat ia membayar $ 200 dan menjualnya $2.000. Suami pasien perempuan, Heinz pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang, tetapi ia hanya dapat mengumpulkan $1.000 atau hanya setengah dari harga obat. Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker bersedia menjual obatnya lebih murah atau membolehkannya membayar setengahnya kemudian. Tetapi sang apoteker berkata ”tidak, aku menemukan obat, dan aku harus mendapatkan uang dari obat itu.” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya.”
” Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada satu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker menetapkan harganya 10X lebih mahal dari biaya pembuatan obat tersebut. Untuk pembuatan 1 dosis obat ia membayar $ 200 dan menjualnya $2.000. Suami pasien perempuan, Heinz pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang, tetapi ia hanya dapat mengumpulkan $1.000 atau hanya setengah dari harga obat. Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker bersedia menjual obatnya lebih murah atau membolehkannya membayar setengahnya kemudian. Tetapi sang apoteker berkata ”tidak, aku menemukan obat, dan aku harus mendapatkan uang dari obat itu.” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya.”
Cerita
ini adalah salah satu dari 11 cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk
menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak yang
menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral.
Haruskah Heinz mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah?
Pataskah suami yang baik itu mencuri? Dll. Berdasarkan penalaran-penalaran yang
diberikan oleh responden dalam merespon dilema moral ini dan dilema moral lain.
Dengan adanya cerita di atas menurut Kohlberg menyimpulkan terdapat 3 tingkat
perkembangan moral, yang masing-masing ditandai oleh 2 tahap.
Konsep
kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg , ialah
internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan
secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut Kohlberg terdapat 3 tingkat dan 6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2 tahap diantaranya sebagai berikut :
Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut Kohlberg terdapat 3 tingkat dan 6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2 tahap diantaranya sebagai berikut :
Tingkat Satu : Penalaran
Prakonvensional
Penalaran
Prakonvensional adalah : tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan
moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi
nilai-nilai moral- penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan
hukuman eksternal. Dengan kata lain aturan dikontrol oleh orang lain
(eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku
yang buruk mendapatkan hukuman.
Tahap
I. Orientasi hukuman dan ketaatan
Yaitu :
tahap pertama yang mana pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas hukuman
dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
Tahap
II. Individualisme dan tujuan
Pada
tahap ini penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah)dan kepentingan
sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk
kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik
dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
Tingkat dua : Penalaran
Konvensional
Penalaran
Konvensional merupakan suatu tingkat internalisasi individual menengah dimana
seseorang tersebut menaati stándar-stándar (Internal)tertentu, tetapi mereka
tidak menaati stándar-stándar orang lain (eksternal)seperti orang tua atau
aturan-aturan masyarakat.
Tahap
III. Norma-norma Interpersonal
Yaitu :
dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian dan kesetiaan kepada orang
lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak
mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik.
Tahap
IV. Moralitas Sistem Sosial
Yaitu :
dimana suatu pertimbangan itu didasarkan atas pemahaman atuyran sosial,
hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
Tingkat tiga : Penalaran
Pascakonvensional
Yaitu :
Suatu pemikiran tingkat tinggi dimana moralitas benar-benar diinternalisasikan
dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal
tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian
memutuskan berdasarkan suatu kode.
Tahap
V. Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual
Yaitu :
nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat
berbeda dari satu orang ke orang lain.
Tahap
VI. Prinsip-prinsip Etis Universal
Yaitu :
seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak
manusia universal. Dalam artian bila sseorang itu menghadapi konflik antara
hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati.
Pada
perkembangan moral menurut Kohlberg menekankan dan yakin bahwa dalam ketentuan
diatas terjadi dalam suatu urutan berkaitan dengan usia. Pada masa usia sebelum
9 tahun anak cenderung pada prakonvensional. Pada masa awal remaja cenderung
pada konvensional dan pada awal masa dewasa cenderung pada pascakonvensional.
Demikian hasil teori perkembangan moral menurut kohlberg dalam psikologi umum.
Ketika
kita khususkan dalam memandang teori perkembangan moral dari sisi pendidikan
pada peserta didik yang dikembangkan pada lingkungan sekolah maka terdapat 3
tingkat dan 6 tahap yaitu:
Tingkat Satu : Moralitas
Prakonvensional
Yaitu :
ketika manusia berada dalam fase perkembangan prayuwana mulai dari usia 4-10
tahun yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.Yang man
dimasa ini anak masih belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi
sosial.
Pada tingkat pertama ini terdapat
2 tahap yaitu :
Tahap
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman.
Adalah
penalaran moral yang yang didasarkan atas hukuman dan anak-anak taat karena
orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat. Dengan kata lain sangat
memperhatikan ketaatan dan hukum. Dalam konsep moral menurut Kohlberg ini anak
menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukan
tersebut. Sedangkan perilaku baik akan dihubungkan dengan penghindaran dari
hukuman.
Tahap
2. Memperhatikan Pemuasan kebutuhan.
Yang
bermakna perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan
sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Tingkat dua : Moralitas
Konvensional
Yaitu
ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan yuwana pada usia
10-13 tahun yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
Pada Tingkat II ini terdapat 2
tahap yaitu :
Tahap
3. Memperhatikan Citra Anak yang Baik
-Maksudnya
: anak dan remaja berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral agar dapat
memperoleh persetujuan orang dewasa, bukan untuk menghindari hukuman.
- Semua
perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya, jadi ada perkembangan
kesadaran terhadap perlunya aturan. Dalam hal ini terdapat pada pendidikan
anak.
Pada
tahap 3 ini disebut juga dengan Norma-Norma Interpernasional ialah : dimana
seseorang menghargai kebenaran, keperdulian, dan kesetiaan kepada orang lain
sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak-anak sering mengadopsi
standar-standar moral orang tuanya sambil mengharapkan dihargai oleh orang
tuanya sebagi seorang anak yang baik.
Tahap
4. Memperhatikan Hukum dan Peraturan.
· Anak
dan remaja memiliki sikap yang pasti terhadap wewenang dan aturan.
· Hukum
harus ditaati oleh semua orang.
Tingkat Tiga : Moralitas
Pascakonvensional
Yaitu
ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana dan pascayuwana dari
mulai usia 13 tahun ke atas yang memandang moral lebih dari sekadar kesepakatan
tradisi sosial. Dalam artian disini mematuhi peraturan yang tanpa syarat dan
moral itu sendiri adalah nilai yang harus dipakai dalam segala situasi.
Pada
perkembangan moral di tingkat 3 terdapat 2 tahap yaitu :
Tahap 5. Memperhatikan Hak Perseorangan.
·
Maksudnya dalam dunia pendidikan itu lebih baiknya adalah remaja dan dewasa
mengartikan perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturan ddan patokan
sosial.
·
Perubahan hukum dengan aturan dapat diterima jika ditentukan untuk mencapai
hal-hal yang paling baik.
·
Pelanggaran hukum dengan aturan dapat terjadi karena alsan-alasan tertentu.
Tahap
6. Memperhatikan Prinsip-Prinsip Etika
·
Maksudnya : Keputusan mengenai perilaku-pwerilaku sosial berdasarkan atas
prinsip-prinsip moral, pribadi yang bersumber dari hukum universal yang selaras
dengan kebaikan umum dan kepentingan orang lain.
·
Keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai-nilai tetap melekat meskipun
sewaktu-waktu berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk menetapkan aturan
sosial. Contoh : Seorang suami yang tidak punya uang boleh jadi akan mencuri
obat untuk menyelamatkan nyawa istrinya dengan keyakinan bahwa melestarikan
kehidupan manusia merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi daripada mencuri
itu sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)