Para ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah baik dari kalangan
salaf maupun khalaf setelah meneliti dalil-dalil baik dari Al-Qur’an maupun
As-Sunnah tentang Tauhid mereka menyimpulkan bahwa Tauhid itu dibagi menjadi
tiga, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Al-Asma’ Wa Ash
Shifat.
Diantara
Pernyataan Ulama Salaf Tentang Pembagian Tauhid
1. Al-Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath-Thahawi rahimahullah (wafat tahun 321 H).
Dalam salah satu karya monumentalnya, Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah, Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi
menegaskan:
”Kita katakan tentang tauhidullah dalam keadaan meyakini dengan
taufiq Allah, bahwa sesungguhnya Allah adalah Esa tidak ada sekutu bagi-Nya,
tidak ada sesuatupun yang semisal dengan-Nya, tidak ada sesuatupun yang bisa
mengalahkannya, tidak ada ilah selain Dia.”
Penjelasan tentang pernyataan
Al-Imam Ath-Thahawi rahimahullah
“Allah adalah Esa tidak ada sekutu bagi-Nya” meliputi
tiga jenis tauhid sekaligus, karena Allah Esa dalam Rububiyyah-Nya, dalam Uluhiyyah, dan dalam Al-Asma wa Ash-Shifat -Nya.
“Tidak ada sesuatupun yang semisal dengan-Nya” ini
adalah Tauhid Al-Asma` wa Ash-Shifat
“Tidak ada sesuatupun yang bisa mengalahkannya”, ini
adalah Tauhid Ar-Rububiyyah.
“Tidak ada ilah selain Dia” ini adalah Tauhid Al-Uluhiyyah.
2. Al-Imam ‘Ubaidullah bin
Muhammad bin Baththah Al-’Ukbari rahimahullah (wafat tahun 387 H) dalam karya
besarnya yang berjudu l-Ibanatul Kubra,
beliau mengatakan: “Bahwa dasar iman kepada Allah
yang wajib atas makhluk (manusia dan jin) untuk meyakininya dalam menetapkan
keimanan kepada-Nya, ada tiga hal:
Pertama: Seorang hamba harus meyakini Rububiyyah-Nya, yang dengan itu dia menjadi berbeda dengan atheis yang tidak
menetapkan adanya pencipta.
Kedua: Seorang hamba harus meyakini Wahdaniyyah-Nya, yang dengan itu dia menjadi berbeda dengan jalannya orang-orang
musyrik yang mengakui sang Pencipta namun menyekutukan-Nya dengan beribadah kepada selain-Nya.
Ketiga: Meyakini bahwa Dia bersifat
dengan sifat-sifat yang Dia harus bersifat dengannya, berupa sifat Ilmu,
Qudrah, Hikmah, dan semua sifat yang Dia menyifati diri-Nya dalam kitab-Nya.”
Penjelasan
Tentang Makna Tiga Macam Tauhid tersebut
1. Tauhid Ar-Rububiyyah, adalah keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla adalah
satu-satunya Rabb.Makna Rabb adalah Dzat yang Maha Menciptakan,
yang Maha Memiliki dan Menguasai, serta Maha Mengatur seluruh ciptaan-Nya.
Ayat-ayat yang menunjukkan tauhid Ar-Rububiyyahsangat
banyak, di antaranya (artinya):
”Sesungguhnya Rabb kalian hanyalah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
hari, lalu Dia beristiwa` di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat. (Diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (semuanya) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, hak mencipta dan memerintah
hanyalah milik Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam. [Al-A’raf: 54]
Kaum musyrikin Quraisy juga mengakui Tauhid Rububiyyah
berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla (artinya):
“Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” tentu mereka
akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan
yang benar).” [Al-’Ankabut: 61]
Dari ayat diatas bisa disimpulkan bahwa kaum musyrikin
mengakui bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Yang Maha Menciptakan, Maha
Mengatur, dan Maha Memberi Rizki. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir,
6/294)
Penyimpangan Dalam Tauhid
Rububiyyah
Penyimpangan dalam tauhid rububiyyah yaitu dengan
meyakini adanya yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini
selain Allah Azza wa Jalla dalam hal yang hanya dimampui oleh
Allah Azza wa Jalla.
·
Seperti keyakinan bahwa penguasa dan pengatur Laut
Selatan adalah Nyi Roro Kidul. Ini suatu keyakinan yang bathil. Barangsiapa
meyakini bahwa penguasa dan pengatur laut selatan adalah Nyi Roro Kidul maka
dia telah berbuat syirik (menyekutukan Allah Azza wa Jalla)
dalam Rububiyyah-Nya. Karena hanya Allah-lah Yang Menguasai dan Mengatur alam
semesta ini.
·
Begitu juga barangsiapa meyakini bahwa yang mengatur
padi-padian adalah Dewi Sri, berarti ia telah syirik dalam hal Rububiyyah-Nya,
karena hanya Allah-lah Yang Maha Menciptakan dan Mengatur alam semesta ini.
·
Meyakini bahwa benda tertentu bisa memberi perlindungan
dan pertolongan terhadap dirinya seperti jimat, keris, cincin, batu, pohon, dan
lain-lain.
·
Serta keyakinan bahwa sebagian para wali bisa memberi
rizki, dan bisa pula memberi barokah, juga termasuk kesyirikan dalam
Rububiyyah-Nya.
2. Tauhid Al-Uluhiyyah, adalah
keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla adalah satu-satu-Nya Dzat yang berhak
diibadahi dengan penuh ketundukan, pengagungan, dan kecintaan. Dinamakan juga
dengan Tauhidul ’Ibadah atau Tauhidul ’Ubudiyyah, karena
hamba wajib memurnikanibadahnya hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata. Ayat-ayat Al-Qur`an yang
menunjukkan tauhid jenis ini sangat banyak, diantaranya:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah yang berhak
diibadahi kecuali Allah.”[Muhammad: 19]
Juga firman Allah Azza wa Jalla:
”Beribadahlah kalian hanya kepada Allah dan jangan
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” [An-Nisa`: 36]
Rabbul ’Alamin adalah satu-satu-Nya Dzat yang
berhak dan pantas untuk diibadahi. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla memerintahkan
umat manusia untuk beribadah hanya kepada-Nya, karena Dia adalah Rabb. Termasuk
juga Allah Azza wa Jalla memerintahkan kepada kaum musyrikin
arab, yang mengakui bahwa Allah Azza wa Jalla sebagai Rabb satu-satunya, untuk mereka beribadah hanya
kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
”Wahai umat manusia, beribadahlah kalian kepada Rabb kalian.” [Al-Baqarah: 21]
Penyimpangan-penyimpangan dalam
tauhid uluhiyyah.
Penyimpangan dalam tauhid jenis ini yaitu dengan
memalingkan ibadah kepada selain Allah Azza wa Jalla seperti berdoa kepada kuburan atau
ahli kubur, meminta pertolongan kepada jin, meminta barokah kepada orang
tertentu, menyandarkan nasibnya (bertawakkal) kepada benda tertentu, seperti
batu, jimat, cincin, keris, dan semacamnya. Karena do’a dan tawakkal termasuk
ibadah, maka harus ditujukan hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.
3. Tauhid Al-Asma` wa Ash-Shifat, adalah
keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki nama-nama yang indah (al-asma`ul husna) dan
sifat-sifat yang mulia sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, sebagaimana
yang Allah Azza wa Jalla beritakan dalam Al-Qur`an, atau
sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah r dalam hadits-haditsnya yang
shahih. Sekaligus meyakini dan beriman bahwa tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan Allah Azza wa Jalla.
Di antara sekian banyak ayat Al-Qur`an yang menunjukkan
tauhid ini, firman Allah Azza wa Jalla:
”Hanya milik Allah al-asma`ul husna, maka berdo’alah kalian
kepada-Nya dengan menyebutnya (al-asma`ul husna) dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam (mengimani) nama-nama-Nya. Nanti mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [Al-A’raf: 180]
Allah Azza wa Jalla berfirman:
”Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah dan Dia Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” [Asy Syura: 11]
Penyimpangan dalam tauhid
Al-Asma’ wa Ash Shifat:
·
Tidak meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai
sifat-sifat yang sempurna tersebut. Padahal telah disebutkan dalam Al-Qur’an
atau dalam hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallamyang
shahih.
·
Menyerupakan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla dengan
sifat-sifat makhluk-Nya. Padahal AllahAzza wa Jalla telah
berfiman (artinya):
”Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah dan Dia Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” [Asy Syura: 11].
·
Menyelewengkan atau menta’wil makna Al-Asma’ul Husna,
yang berujung pada peniadaan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla.
·
Menentukan cara dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla, yang bermuara pada penyerupaan dengan
makhluk-Nya
Tanggapan saya tentang penyelewengan Tauhid :
1.
Tauhid Ar-Rububiyyah
Menurut saya bahwa Allah Azza wa Jalla adalah satu-satunya Rabb. Makna Rabb adalah Dzat yang Maha Menciptakan, yang Maha Memiliki dan Menguasai,
serta Maha Mengatur seluruh ciptaan-Nya. Agar kita dapat lebih meyakini hanya Allah yang maha
menciptakan,menguasai dan mengatur seluruh ciptaan-Nya,alahkah baiknya kita
lebih memperdalam ilmu agma kita seperti perbanyak membaca Al-Qur’an,hadist,dan
sejarah islam.
2.
Tauhid Al-Uluhiyyah
Menurut saya bahwa Allah Azza wa Jalla adalah
satu-satu-Nya Dzat yang berhak diibadahi dengan penuh ketundukan, pengagungan,
dan kecintaan. Oleh karena itu,kita harus berdoa dan bertawakal hanya kepada
Allah semata bukan kepada benda-benda mati ataupun hal mistis.
3.
Tauhid Al-Asma’ wa Ash-Shifat
Kita harus meyakini bahwa Allah memiliki sifat yang
sempurna tidak ada makhluk-Nya yang bisa menyerupai Nya,seperti dijelaskan pada
hadist yang berbunyi :
‘Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” [Asy Syura: 11].
Dibuat oleh : Shamaratul Fuadi
Mata kuliah : Agama Islam
Prodi : T. Elektro Industri
Universitas Negeri Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar