A.
Hakikat Manusia dan Keingintahuannya
Manusia dengan kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal
serta nuraninya memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana
untuk dirinya maupun lingkungannya.
1. Kelebihan Manusia dari Penghuni Bumi Lainnya
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan
dengan penghuni bumi lainnya. Beberapa kelebihan manusia dari pada makhluk
lainnya antara lain :
a) Manusia sebagai makhluk
berpikir dan bijaksana (Homo sapiens) yang dicerminkan dalam tindakan dan
perilakunya terhadap lingkungannya.
b) Manusia sebagai pembuat
alat karena sadar akan keterbatasan inderanya.
c) Manusia dapat berbicara
(Homo Langues) baik secara lisan maupun tulisan.
d) Manusia dapat hidup bermasyarakat
(Homo sosius) dan berbudaya (Homo Humanis).
e) Manusia dapat mengadakan
usaha (Homo Economicus).
f) Manusia mempunyai
kepercayaan dan beragama (Homo religious).
2. Rasa Ingin Tahu dan Terbentuknya Ilmu Pengetahuan
Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bermula dari rasa ingin tahu,
yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu
tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, angkasa luar, bahkan
tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin tahu seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk
lain. Jelas kiranya bahwa rasa ingin tahu itu tidak dimiliki oleh benda-benda
tak hidup seperti batu, tanah, api, angin, dan sebagainya. Air dan udara memang
bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukan atas
kehendaknya tetapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.
Bagaimana dengan makhluk-makhluk hidup seperti
tumbuh-tumbuhan dan binatang? Sebatang pohon misalnya, menunjukkan tanda-tanda
pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu terbatas pada mempertahankan
kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Misalnya, daun-daun yang selalu
cenderung untuk mencari sinar matahari atau akar-akar yang selalu cenderung
untuk mencari air yang kaya mineral untuk kebutuhan hidupnya. Kecenderungan
semacam ini nampak berlangsung sepanjang zaman.
Bagaimana dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak
berpindah (eksplorasi) dari satu tempat ke tempat yang lain? Misalnya ikan,
burung, harimau atau binatang yang sangat dekat dengan manusia yaitu monyet?
Tentunya burung-burung bergerak dari satu tempat didorong oleh suatu keinginan,
antara lain rasa ingin tahu. Ingin tahu apakah di sana ada cukup makanan untuk
disantap sendiri atau bersama yang lain. Ingin tahu apakah disuatu tempat cukup
aman untuk membuat sarang. Setelah mengadakan eksplorasi tentu mereka menjadi
tahu. Itulah “pengetahuan” dari burung tadi. Burung juga memiliki “pengetahuan”
bagaimana caranya membuat sarang di atas pohon. Burung manyar atau burung
tempua begitu pandai menganyam sarangnya yang begitu indah bergelantungan pada
daun kelapa, namun pengetahuannya itu ternyata tidak berubah-ubah dari zaman ke
zaman.
Bagaimana dengan monyet yang begitu pandai? Bila kita
perhatikan baik-baik kehidupan monyet-monyet tersebut, ternyata kehendak mereka
ingin mengeksplorasi alam sekitar itu didorong oleh rasa ingin tahu yang tetap
sepanjang zaman atau yang oleh Isaac Asimov (1972) disebut sebagai “Idle
Curiousity” atau “Instinct” Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk
mempertahankan kelestarian hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan, melindungi
diri dan berkembang biak.
Bagaimana dengan manusia? Manusia juga memiliki instink
seperti yang dimiliki oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun, manusia memiliki
kelebihan, yaitu “kemampuan berpikir” dengan kata lain “curiousity-nya” tidak
“idle” tidak tetap seperti itu sepanjang zaman. Manusia memiliki rasa ingin
tahu yang berkembang atau dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan
berpikir. Ia bertanya terus setelah tahu tentang “apa”-nya, mereka juga ingin
tahu “bagaimana” dan “mengapa” begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya
yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi
pengetahuannya yang lebih baru. Hal demikian itu berlangsung berabad-abad
lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan. Sebagai ilustrasi, kita
bayangkan saja manusia purba zaman dulu yang hidup di gua-gua atau di atas
pohon. Namun karena kemampuannya berpikir tidak semata-mata didorong oleh
sekedar kelestarian hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih
menyenangkan, maka mereka mampu membuat rumah di atas tiang-tiang kayu yang
kokoh dan bahkan sekarang manusia mampu membuat istana atau gedung-gedung
pencakar langit. Bandingkan dengan burung tempua dengan sarangnya yang indah
yang nampak tak mengalami perubahan sepanjang masa. Demikianlah juga dengan
harimau yang hidup dalam gua-gua atau monyet yang membuat sarang di atas pohon
tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa
batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal
ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari
seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk
berburu, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang
menyangkut keindahan.
Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu,
tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda dengan hewan. Manusia merupakan
makhluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tinggi bila
dibandingkan dengan hewan atau makhluk lainnya. Manusia mempunyai rasa ingin
tahu ( curiousty ) yang tinggi dan selalu berkembang. Meskipun makhluk lainnya
juga memiliki rasa ingin tahu tetapi itu hanya sebatas digunakan untuk memenuhi
kebutuhan makanan saja. Perkembangan rasa ingin tahu pada manusia dimulai
dengan timbulnnya pertanyaan dari sesuatu yang dilihat dan diamatinya. Adanya
kemampuan berpikir pada manusia menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu
manusia terhadap alam semesta ini . Jawaban tehadap berbagai banyak pertanyaan
manusia terhadap peristiwa dan gejala yang terjadi di alam semesta ini akhirnya
menjadi ilmu pengetahuan.
3. Sifat Keingintahuan Manusia
Manusia dengan rasa ingin tahunya yang besar ,selalu
berusaha mencari keterangan tentang fenomena alam yang teramati. Untuk menjawab
semua rasa ingin tahu manusia sering mereka – reka jawaban mereka sendiri .
Pengetahuan seperti inilah yang disebut pseudo science. Ilmu pengetahuan juga
berkembang sesuai dengan zamannya dan sejalan dengan cara berpikir dan alat
bantu yang ada pada saat itu .
Cara memperoleh sains semu ( pseudo sains ), antara lain :
Mitos
Wahyu
Otoritas dan tradisi
Prasangka
Intuisi
Penemuan kebetulan
Cara – coba – ralat
Pada zaman Yunani ( 600 – 200 SM ) terjadi pola pikir yang
lebih maju dari pola pikir mitos, dimana terjadi penggabungan antara
pengamatan, pengalaman dan akal sehat, logika atau rasional. Aliran ini disebut
rasionalisme. Lebih lanjut lagi dikenal dengan metode deduksi yaitu penarikan
suatu kesimpulan didasarkan pada suatu yang bersifat umum (Premis mayor) menuju
ke yang khusus (Premis minor). Dasar metode ilmiah sekarang adalah metode
induksi, yang intinya adalah bahwa pengambilan keputusan dan kesimpulan
dilakukan berdasarkan data pengamatan atau eksperimen.
B. Perkembangan
Fisik, Sifat dan Pikiran Manusia
1. Perkembangan Fisik Manusia
Tubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang
selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana
berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur, pada
prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang akan menjadi laki-laki.
Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai
berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan pada
minggu ke-9. Sedangkan minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai
dengan berfungsinya bagian organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu mulai
terasa gerakan dari janin.
Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan
dengan kepala dibawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakn
semakin berkurang. Perkembangan tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran
sampai remaja.
Perubahan fisik yang sangat nyata, terjadi pada saat
purbertas, yang ditandai diantaranya dengan tanda kedewasaan berupa tumbuhnya
rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi organ-organ reproduksi (organ
genitalia).
Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi
oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh
orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa.
Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat cepat,
dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2-7 tahun rasa ingin
tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan dirinya
manupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan diri
sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memedai. Selanjutnya
setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan
diri sebagai individu yang bertanggung jawab.
2. Perkembangan Sikap dan Pikiran Manusia
Bila dibandingkan dengan hewan, maka tubuh manusia lemah,
sedangkan rohaninya, yaitu akal budi dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak
dapat terbang seperti burung, tidak dapat berenang secepat buaya, tidak mampu
mengangkat benda berat seperti gajah, dan sebagainya, tetapi dengan akal
budinya dan kemauannya, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk
lain. Kelebihan manusia itu karena memiliki akal budi dan kemauan yang keras
sehingga dapat mengendalikan jasmaninya.
Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu
tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu
tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah mendorong manusia untuk
memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos)
mapun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang
dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah
yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan
pengetahuan mereka menjadi berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan
mengamati benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam sekitarnya.
Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca indera-nya merupakan objek
rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh
jawaban mengenai hal-hal yang diamatinya. Mereka berusaha mencari jawabannya dan
untuk itu mereka harus berpikir. Rasa ingin tahunya terus berlanjut. Bukan
hanya “apa”-nya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi juga jawaban dari
“bagaimana” dan kemudian berlanjut “mengapa” tentang hal-hal yang bersangkutan
dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang diamatinya.
C. Sejarah
Pengetahuan Manusia
Manusia selalu merasa ingin tahu, maka sesuatu yang belum
terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui dan
wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan
lebih lanjut lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan
nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri
jawabannya. A. Comte menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia,
yaitu tahap teologi (tahap metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap
ilmu). Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metefisika. Mitologi adalah
pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos.
Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan
lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu
mitos sebenarnya, cerita rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan
pengetahuan, penalaran dan pancaindra manusia serta keinggintahuan manusia yang
telah dipenuhi walaupun hanya sementara.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia
(700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), eliptika (bidang edar matahari)
dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar
sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.
Tongkak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat
manusia ialah Thales (624-546) seorang astronom, pakar dibidang matematika dan
teknik. Ia berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya, bulan hanya
mementulkan sinar matahari,dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh
perubahan lainnya seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan
sebagainya.
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam
yang diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan
pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan hal itulah mulailah dikembangkan pengetahuan praktis yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan sosialnya. Pengetahuan ini selanjutnya
disebut sebagai teknologi yang merupakan penerapan IPA dalam kehidupan
sehari-hari. Perkembangan teknologi, produksi dan industri secara tidak
langsung akan diikuti dengan perubahan pola hidup manusia. Perubahan ini juga
semakin mendorong rasa ingin tahu manusia ke arah yang lebih kompleks. Dengan
demikian manusia akan terus berusaha mengetahui segala rahasia alam semesta
yang belum terungkap.
Dibuat oleh : Shamaratul Fuadi
Mata kuliah : Ilmu Kealaman Dasar
Prodi : T. Elektro Industri
Universitas Negeri Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar