Paradigma
dan cara berpikir dalam metode penelitian sosial mempengaruhi metode penelitian
yang akan digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitan sosial berdasarkan
analisis data dibagi menjadi dua, yaitu metode kuantitatif dan metode
kualitatif (Silalahi, 2006:35). Jurnal ini hanya akan berfokus pada metode
kuantitatif, sedangkan metode kualitatif akan dijelaskan pada jurnal
berikutnya. Penelitian kuantitatif bertujuan untuk memverifikasi fenomena
tertentu yang merupakan hubungan sebab-akibat antara dua variabel, dan oleh
karenanya bersifat deduktif. Objektivitas sangat ditekankan dalam penelitian
ini karena digunakannya paradigma positivisme yang meyakini adanya kebenaran
tunggal. Penelitian dengan metode kuantitatif akan banyak menggunakan
angka-angka dan data statistik untuk mendeskripksikan permasalahan penelitian.
Metode Riset Kuantitatif
Silalahi
(2006:69) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai penyelidikan mengenai
masalah sosial yang berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri atas
variabel-variabel, diukur dengan angka dan dianalisis dengan prosedur statistik
untuk menentukan apakah generalisasi yang dilakukan dalam penelitian tersebut
itu benar atau tidak. Sherman dan Webb (dalam Blaxter, et. al.,
2001:93) menganggap metode penelitian kuanititatif sebagai metode yang
didasarkan pada pengalaman-pengalaman tidak langsung dan abstrak, kemudian
diperlakukan secara sama, baik dengan menambahkan atau menggandakannya, maupun
dengan “memberi kuantitas” terhadap pengalaman-pengalaman tersebut.
Penelitian kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan dari suatu ciri tertentu
yang diperoleh melalui penghitungan (Silalahi, 2006:36). Secara umum,
penelitian kuantitatif ini menggunakan analisis statistik atas data kuantitatif
maupun kualitatif yang telah dikuantifikasi (Silalahi, 2006:36). Data-data yang
dihasilkan dalam penelitian ini merupakan data yang kuat dan cenderung lebih
mudah ditiru, sementara hasil penelitiannya nantinya dapat di generalisasikan
dan realitas yang kemudian diteliti merupakan realitas yang relatif stabil
(Blaxter, et.al., 2001:95).
Penelitian kuantitatif dinyatakan sebagai paradigma positivisme yang berarti
bahwa suatu teori itu haruslah bisa diuji secara empiris (Silalahi,
2006:68-69). Ketepatan dari penelitian yang dilakukan ini dapat diperiksa
melalui replikasi, yaitu melalui pengulangan penelitian dalam suatu pengamatan
dengan kondisi yang sama. Paradigma positivis yang digunakan dalam penelitian
kuantitatif menekankan pada fakta yang dapat diteliti dan keyakinan bahwa
perilaku manusia itu merupakan fakta yang dapat dijelaskan sama seperti
menjelaskan perilaku zat-zat yang ada pada ilmu alam (Silalahi, 2006:65).
Sehingga dapat ditarik simpulan bahwa tugas dasar dari ilmu adalah untuk dapat
menjelaskan fenomena yang terjadi di alam dan memprediksi kejadian-kejadian
yang ada pada mereka (Silalahi, 2006:65).
Cara
Melakukan Riset Kuantitatif
Secara
umum, metode penelitian kuantitatif menggunakan asumsi dasar berupa hipotesis
yang terdiri atas fakta dan data yang memiliki obyektifitas dan dapat
dikelompokkan menjadi variabel-variabel yang dapat diukur dan diidentifikasi
secara nyata (Silalahi, 2006:72). Dalam melakukan tahapan penelitiannya,
Wallace (dalam Suyanto, 2007:135) mengungkapkan bahwa metode penelitian
kuantitatif terdiri atas lima komponen informasi ilmiah, yaitu teori,
hipotesis, observasi, generalisasi empiris, dan penerimaan atau penolakan
hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik penarikan sampel untuk
memberikan penjelasan terhadap hipotesis awal yang telah dibuat.
Bryman
(dalam Silalahi, 2006:74) menjabarkan proses penelitian kuantitatif dengan
memulainya terlebih dulu melalui penetapan teori awal. Metode kuantitatif erat
kaitannya dengan pengujian teori untuk mendapatkan sebuah kebenaran. Setelah
menetapkan teori, proses yang harus dilakukan adalah membuat hipotesis atas
teori tersebut, kemudian menjabarkannya ke dalam perencanaan penelitian yang
meliputi penentuan subyek penelitian atau responden serta teknik pengumpulan
data yang akan dilakukan. Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti
kuantitatif akan membuat hipotesis sementara untuk diolah melalui
proses coding, editing, scoring dan tabulasi hingga dapat dianalisis
dan dibuktikan kebenarannya dengan teori awal yang telah ditetapkan. John
Creswell (1994, dalam Silalahi, 2006:70) menyebut proses setelah pengumpulan
data selesai sebagai operasionalisasi konsep atau variabel tertentu yang
diturunkan dari teori, serta penggunaan suatu instrumen untuk mengukur sebuah
variabel yang ada dalam suatu teori.
Posisi dan Manfaat Metode
Kuantitatif dalam Penelitian
Jenis
metode penelitian ini tergolong sebagai penelitian verifikatif karena cenderung
digunakan untuk menguji kebenaran teori yang telah ada. Metode ini kemudian
menjadi populer dan sering digunakan para akademisi, terutama para mahasiswa
sebagai dasar tesisnya. Hal ini dikarenakan sifat penelitian kuantitatif yang
objektif dan relatif praktis dibanding penelitian kualititatif yang memerlukan
analisis yang lebih komprehensif. Penelitian kuantitatif juga seringkali
menjadi salah kaprah di mata beberapa orang. Metode ini hanya dianggap
“bermain-main” dengan angka saja tanpa analisis dan kesimpulan lebih lanjut
dari hasil pengolahan data tersebut (Suyanto, 2007:136). Penelitian ini juga
seringkali diragukan kemampuannya dalam “merangkul” seluruh aspek dalam subjek
penelitian. Oleh karena itu, penelitian kuantitatif juga seringkali dikaitkan
dengan penelitian bidang-bidang eksak yang hasilnya memang membutuhkan sebuah
kebenaran tunggal. Suyanto (2007) mengungkapkan bahwa sebuah fenomena terkadang
menunjukkan adanya diversifitas yang signifikan sehingga dibutuhkan penelitian
yang memiliki nuansa tersendiri. Metode penelitian kuantitatif dianggap dapat
mengidentifikasi sebuah fenomena sosial dan dapat memperlihatkan apakah
terdapat perubahan yang signifikan di dalamnya, melalui data-data dan statistik
obyektif yang ditunjukkan melalui
angka-angka.
Contoh Penelitian Kuantitatif
Penelitian
kuantitatif merupakan penelitian yang mencari hubungan antara dua variabel atau
lebih, dan kemudian menarik simpulan yang diperoleh dari analisis data. Salah
satu contoh judul penelitian kuantitatif adalah “Pengaruh Ideologi dan
Idiosinkretis Pemimpin Rusia terhadap Pembentukan Politik Luar Negeri”. Dari
judul tersebut dapat ditemukan bahwa ada dua variabel bebas (X1: ideologi Rusia
dan X2: idiosinkretis pemimpin Rusia) dan satu variabel terikat (Y: pembentukan
politik luar negeri). Rumusan masalah yang dapat ditarik adalah: (1) adakah
pengaruh ideologi Rusia terhadap pembentukan politik luar negeri?; (2) adakah
pengaruh idiosinkretis pemimpin Rusia terhadap pembentukan politik luar
negeri?; dan (3) adakah pengaruh ideologi dan idiosinkretis pemimpin Rusia
secara bersama-sama terhadap pembentukan politik luar negeri? Hipotesisnya
kemudian menjadi: (1) ada pengaruh ideologi Rusia terhadap pembentukan politik
luar negeri; (2) ada pengaruh idiosinkretis pemimpin Rusia terhadap pembentukan
politik luar negeri; dan (3) ada pengaruh ideologi dan idiosinkretis pemimpin
Rusia secara bersama-sama terhadap pembentukan politik luar negeri.
Simpulan
Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan tata cara pengumpulan data,
analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan informasi
dalam rangka penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan. Metode ini
bertujuan untuk memperoleh hasil yang akurat, mendapatkan fakta yang objektif
dan secara pasti dapat diuji dengan menggunakan metode replikasi agar dapat
dibuktikan kembali keakuratan dari penjelasan fenomena yang terjadi. Ciri-ciri
kuantitatif dapat dilihat melalui paradigma positivisme yang cenderung ilmiah,
mengklasifikasikan sifat realitas yang konkret dan terukur, serta objektivitas
hubungan antara peneliti dengan responden dalam jangka pendek. Peneliti
menggunakan metode ini ketika berkeinginan untuk mendapatkan sebuah gambaran
suatu populasi, menemukan satu pengaruh perlakuan terhadap yang lain
(prediksi), dan memverifikasi validitas teori. Langkah penelitian diawali
dengan perumusan masalah (isu praktis atau isu teoritis), pengembangan kerangka
teoritis dan perumusan hipotesis, penentuan desain penelitian, pengukuran,
penentuan subjek (populasi dan sampel), pengumpulan data, analisis data,
interpretasi terhadap hasil analisis, pembuatan laporan hasil penelitian.
Daftar Pustaka:
Blaxter,
Loraine, et. al. (2001). How to Research. Maidenhead: Open University
Press.
Silalahi,
Ulber. (2006). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press.
Suyanto,
Bagong. (2007). Metode Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif
Pendekatan (Sutinah, ed.). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar